Kamis, 22 November 2007

Prosedur, harus kakukah dikau?

Aku pernah ke bank coba cairkan cek. Sedikit goresan membuat batal. Argumentasi dibantah prosedur. Meski geli karena aku pembuat sistem, sedih juga melihat hasilnya.
Kepress Pengadaan, tebal njelimet petunjuk teknisnya membuahkan tebal kantong yang memanfaatkannya.
Aneh! Prosedur harusnya menangkal kecurangan, koq bisa jadi bahan tuk berbuat curang.

Aku coba ikut tender di kementrian. Syaratnya wah dan prosedurnya njelimet. entah aa hubungan persyaratan dengan tujuan yang mau dicapai. Jangan-jangan tuk mengarahkan calon pemenang.... Ih.....

Back to basic.
Kebijakan dan prosedur seharusnya dipandang sebagai alat pengendalian untuk memastikan bahwa suatu tujuan akan tercapai dengan mencegah risiko yang mengancam pencapaiannya.
Kebijakan dan prosedur seharusnya mengoptimalkan hasil tetapi mengapa disusun menjadi penghambat?

Anehnya, yang kupelajari, prosedur mestinya disusun secara bertahap, mulai dari mengidentifikasi tujuan lalu mengidentifikasi risiko, mengukur dan menentukan prioritasnya lalu diakhiri dengan perumusan mitigasi risiko. Hasil semua itu, dituangkan menjadi pengendalian yang diperlukan lalu terciptalah kebijakan, prosedur dan produk sejenisnya.
Prosedur mestinya membuka peluang untuk menghadapi perubahan kondisi dan situasi agar respon risiko sesuai dengan harapan.

Mungkin karena sejak SD terbiasa nyontek, akhirnya prosedur juga copy and paste.
Weleh - weleh....

Tidak ada komentar: